Jumat, 01 Juli 2011

Biografi L'arc en ciel

L'Arc~en~Ciel (ラルク アン シエル Raruku An Shieru, "Pelangi" dalam bahasa Prancis?) adalah nama grup musik Jepang beraliran J-Rock. Band ini beranggotakan Hyde (vokal), Ken (gitar), Tetsu (bass), dan Yukihiro (drum). Grup musik ini didirikan oleh Tetsu pada Februari 1991. Nama "L'Arc~en~Ciel" berasal dari sebuah kata dalam bahasa Perancis yang secara harfiah berarti "lengkungan di langit" atau "pelangi", nama ini diambil dari judul sebuah film Perancis yang pernah ditonton oleh Tetsu.
Di Jepang saja, band ini telah menjual lebih dari 25 juta kopi album dan single.
Mantan personel yang sempat memperkuat band ini:
  • Sakura (drum) (1992-1997) digantikan oleh Yukihiro karena memakai narkoba dan masuk penjara.
  • Hiro (gitar) (1991-1992)
  • Pero (drum) (1991-1992)
Awal terbentuk
Osaka, sekitar awal tahun 1991 dua orang anak muda bernama Tetsu dan Hiro membentuk sebuah grup band. Tetsu berperan sebagai bassis berikut vokal sementara Hiro sebagai gitaris. Pada waktu itu Hyde masih menjadi gitaris di sebuah band bernama Kiddies Bomb, yang kemudian berganti nama menjadi Jerusalem’s Rod dan Hyde berganti posisi menjadi vokalis (meskipun pada saat itu ia sama sekali tidak tertarik dengan perannya tersebut).
Pada suatu hari Tetsu menyaksikan penampilan grup band tersebut untuk kali pertama. Ketika itu ia merasa yakin bahwa Hyde adalah orang yang tepat untuk mengisi posisi vokal di grup band-nya. Maka selama beberapa waktu ia terus mengikuti penampilan band tersebut, hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Hyde dan rekannya di Jersarem’s Rod, Pero untuk bergabung dengannya. Setelah beberapa kali melakukan session, Hyde akhirnya memutuskan untuk meninggalkan band lamanya dan bergabung bersama band Tetsu. Maka terbentuklah formasi paling awal L’Arc~en~Ciel, yakni Tetsu (bass sekaligus pemimpin band), Hyde (vokal), Hiro (gitar), dan Pero (drum).
Nama L’Arc~en~Ciel sendiri diusulkan oleh Tetsu yang terinspirasi oleh sebuah film Perancis yang berjudul sama. L’Arc~en~Ciel diambil dari Bahasa Perancis yang memiliki arti PELANGI.
Penampilan live pertama mereka yaitu pada tanggal 30 Mei 1991 di Nanba Rockets. Bahkan ketika itu sang pemilik panggung berpikir bahwa L’Arc~en~Ciel akan menjadi sangat terkenal, dan hal itu terbukti beberapa tahun kemudian.

Pengunduran diri Hiro & masuknya Ken

Pada bulan Juni 1992 tanpa alasan yang jelas, Hiro mengundurkan diri tepat sebelum mereka akan memulai demo rekaman. Setelah berbagai macam persiapan yang telah mereka lakukan sebelumnya untuk rekaman, misalnya mereka telah menyewa studio dan lain sebagainya, tentu akan sangat konyol apabila mereka membatalkannya. Maka Tetsu kemudian membujuk Ken, teman masa kecilnya untuk membantu dalam pembuatan demo. Ken menyanggupinya dan pada waktu itu ia harus menghafal seluruh lagu yang akan dimasukkan ke dalam album dalam waktu yang cukup singkat, yakni 5 hari, akan tetapi ia mampu melakukannya, dan proses rekamanpun akhirnya dapat selesai dalam 3 hari.
Akan tetapi muncul masalah baru, mereka harus manggung, namun Ken pada saat itu masih berstatus mahasiswa jurusan Arsitektur semester akhir di sebuah perguruan tinggi di Nagoya. Tentunya akan sulit melakukan dua kegiatan sekaligus, kuliah dan nge-band. Akhirnya hanya dalam tempo 3 hari saja Ken mengambil satu langkah berani dengan memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliahnya dan bergabung dengan L’Arc~en~Ciel (meskipun pada saat itu ia tidak begitu yakin akan masa depannya di musik). Keputusannya itu tentu saja ditentang habis oleh orang tuanya yang menginginkan ia menjadi seorang sarjana. Akibatnya ia diusir dari rumah dan tidak pernah bertegur sapa lagi dengan orang tuanya.
Pada tanggal 1 Oktober 1992, mereka merekam Voice untuk album Omnibus CD bertajuk “Gimmick”. Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 25 November 1992 mereka merilis single pertamanya yang berjudul Flood of Tears (c/w Yasuoka) sehingga aktivitas panggung mereka bertambah padat dan penggemar pun mulai bertambah.

Masuknya Sakura

Tanggal 30 Desember 1992 lagi-lagi L’Arc~en~Ciel harus kehilangan salah satu anggotanya. Pero mengundurkan diri tepat setelah penampilan live mereka di Osaka Music Hall. Maka kemudian Tetsu mulai mencari drummer pengganti, ia lebih memilih untuk mencarinya di Tokyo, toh pada saat itu ia pikir pada akhirnya mereka akan merantau ke Tokyo.
Pada suatu hari ia melihat penampilan Sakura yang langsung menarik perhatiannya. Kemudian Tetsu mencoba mengajaknya bergabung bersama L’Arc~en~Ciel dengan cara mengirimkan demo tape kepada Sakura. Lantas Sakura pun pergi ke Osaka untuk melakukan jam session bersama mereka. Dan setelah itu ia secara resmi bergabung dengan L’Arc~en~Ciel pada 16 Januari 1993.

Album perdana

Pada tanggal 10 April 1993, album pertama mereka sebagai band indies, yang bertajuk DUNE dirilis dan meraih kesuksesan. Album tersebut berhasil meraih posisi puncak di Oricon Indies Chart (Tangga Lagu Terpopuler di Jepang) pada bulan Mei, dan hanya dalam tempo 3 bulan berhasil terjual sebanyak 20.000 keping CD. Hal tersebut membukakan kesempatan bagi mereka untuk tampil di dalam konser band-band indies “Karei naru masho” yang diadakan di Shibuya Kokaido, yang ketika itu disaksikan oleh sekitar 2000 penonton. Maka popularitas L’Arc~en~Ciel mulai berkembang tidak hanya di Osaka, namun sudah mulai merambah ke Tokyo. Dan pada bulan September 1993 mereka pindah ke Tokyo untuk meningkatkan karier mereka (meskipun Hyde tidak terlalu menyukai gagasan pindah ke Ibukota Jepang tersebut).

Memasuki label musik besar

Video single mereka Nemuri Ni Yosete dirilis pada tanggal 1 Juli 1994, menyusul dua minggu kemudian, yakni pada tanggal 14 Juli 1994 album kedua mereka TIERRA yang merupakan album pertama mereka yang berlabel major. Sekaligus juga menjadi hari pertama tur Sense of Time. Pada tanggal 9 September di tahun yang sama, mereka melawat ke Maroko dalam rangka pembuatan video Siesta ~film of dream~, yang merupakan kali pertama bagi mereka bekerja di luar Jepang, tentunya menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan bagi mereka. Film tersebut dirilis pada akhir tahun tersebut.
Pada tanggal 21 Oktober 1994, single pertama mereka dengan Sony dirilis, dengan judul Blurry Eyes. Lagu ini dijadikan lagu tema untuk salah satu produksi serial animasi Jepang yang berjudul D.N.A^2. Kemudian pada tanggal 1 Desember di tahun tersebut Fans Klub Resmi L’Arc~en~Ciel, “CIEL” didirikan. Lalu pada awal tahun 1995, mereka mengadakan tur khusus bagi para anggota fans klub yang diberi judul Ciel/winter ‘95.
Tanggal 21 Mei 1995 merupakan tanggal di mana single video berjudul and She Said dirilis dan merupakan hari pertama dari rangkaian tur di 19 kota di Jepang yang bertajuk In Club ‘95. Dan pada 6 Juli, single kedua mereka yang berjudul Vivid Colors dirilis. Lagu tersebut menjadi lagu ending Guru Guru 99, dan side B dari lagu tersebut, Brilliant Years dijadikan lagu ending untuk acara “Shin dora” di Nippon-TV (NTV).

Keluarnya Sakura

Bulan April 1997 akan selalu tercatat dalam sejarah perjalanan karier L’Arc~en~Ciel sebagai masa-masa mimpi buruk. Bagaimana tidak, di tengah kegemilangan yang berhasil dicapai oleh mereka, Sakura, dengan terpaksa harus meninggalkan rekan-rekannya di L’Arc~en~Ciel setelah selama kurang lebih lima tahun bersama-sama merintis kesuksesan di pentas musik Jepang khususnya. Ia mesti rela didepak dari posisinya sebagai drummer L’Arc~en~Ciel setelah terkait dengan kasus kepemilikan serta penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Peristiwa tersebut berimbas pada pembatalan seluruh aktivitas Laruku seperti peluncuran single mereka The Fourth Avenue Cafe dan tur yang telah dijadwalkan. Bahkan semua merchandise mereka ditarik dari pasaran!
Meskipun rekan-rekan Sakura di Laruku tidak menginginkannya pergi, namun atas kehendak perusahaan rekaman dan produser, ia sejak bulan April mundur dari Laruku. “Aku sangat menyesal, aku telah melakukan hal yang sangat bodoh, dan tak pantas untuk dimaafkan. Aku tidak berhak lagi untuk tetap berada di dalam band, semua ini salahku. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi L’Arc~en~CIel, aku berharap agar mereka tetap berjuang dan semoga semakin sukses di masa mendatang”, itulah kata-kata perpisahan yang diucapkan oleh Sakura ketika ia meninggalkan Laruku.
Yang paling terpukul dalam peristiwa ini adalah Hyde, sebab di antara rekan-rekannya yang lain ia dan Sakura merupakan sahabat yang paling dekat. Maka sejak insiden tersebut, anggota Laruku tinggal tersisa tiga orang.

Masuknya Yukihiro

Setelah kepergian Sakura, Tetsu segera mencari drummer pengganti. Suatu ketika ia mendengar Yukihiro, eks-Zi:Kill dan Die in Cries yang keduanya telah disbanded atau membubarkan diri. Tetsu tertarik dengan permainan drumnya, maka selanjutnya disusunlah rencana pendekatan oleh Tetsu. Menurut kabar yang beredar, Tetsu dan Yukihiro berkenalan lewat game Evangelion, di mana Tetsu meminta Yukihiro untuk mengajarinya permainan tersebut. Lantas Tetsu berbicara dengan Yukihiro mengenai peristiwa menyedihkan yang menimpa grup bandnya. Bak gayung bersambut, Yukihiro menawarkan bantuannya kepada Tetsu untuk proses rekaman Niji.
Akhirnya single ketujuh L’Arc~en~Ciel yang berjudul Niji—bahasa Jepang, yang memiliki arti yang sama dengan L’Arc~en~Ciel, yaitu Pelangi—dirilis pada tanggal 17 Oktober 1997. Single ini mampu menerobos posisi 3 di Oricon Chart pada minggu pertamanya. Berkaitan dengan judulnya, Hyde mengatakan bahwa judul lagu tersebut menggambarkan perjalanan karier mereka yang pada awalnya banyak dikhawatirkan orang akan segera berakhir karena masa-masa yang sangat buruk, akan tetapi kemudian mereka muncul kembali, bagaikan keindahan pelangi yang muncul di langit setelah gelapnya hujan. Dan lagu tersebut menjadi soundtrack Rurouni Kenshin (Samurai X) the movie.
Selama kurun waktu 1997, di Laruku, Yukihiro berperan sebagai additional player. Hingga pada 1 Januari 1998 ia secara resmi menjadi personil tetap L’Arc~en~Ciel.

Kelahiran kembali

L’Arc~en~Ciel muncul kembali secara resmi sejak tanggal 13 Desember 1997 dengan menggelar konser berjudul Reincarnation yang digelar di Tokyo Dome. Pada saat itu Laruku terdiri dari tiga orang personil resmi, yaitu Hyde (vokal), Tetsu (bass), Ken (gitar) dan satu personil tambahan (additional player/supported player) di posisi drummer, yakni Yukihiro.
Baru pada tanggal 1 Januari 1998, Yukihiro secara ofisial bergabung dengan L’Arc~en~Ciel menggantikan Sakura yang telah resmi keluar dari Laruku sejak 4 November 1997. Meskipun demikian, masuknya Yukihiro ke L’Arc~en~Ciel menciptakan suatu polemik di kalangan fans mereka, ada yang pro dengan kedatangan Yukihiro ada juga yang kontra. Memang cukup wajar seandainya masih banyak fans yang belum bisa menerima kepergian Sakura, sebab bagaimanapun juga Sakura telah menjadi bagian dari Laruku selama lima tahun yang bisa dikatakan tidak sebentar, bahkan ia turut mewarnai musik L’Arc~en~Ciel dengan style drumnya.
Akan tetapi ada satu hal yang patut dicatat, bahwa semenjak pergantian personel dari Sakura ke Yukihiro, terjadi transformasi image dari L’Arc-en-Ciel, yang semula penampilan mereka lebih bercorak visual yang kecewek-cewekan, secara bertahap berubah menjadi lebih maskulin.

Kembalinya L'Arc~en~Ciel & debut konser di AS

Setelah vakum selama tiga tahun dengan spekulasi tentang kemungkinan bubarnya band ini, L’Arc~en~Ciel mengejutkan fans mereka dengan mengumumkan sebuah seri dari tujuh konser yang diberi judul Shibuya Seven Days, yang diikuti dengan perilisan single baru mereka. Berada di peringkat atas tangga lagu dan dipakai sebagai lagu pembuka animasi Fullmetal Alchemist, READY STEADY GO dijual di bulan Februari 2004. Mengikuti perilisan single berikutnya, L’Arc~en~Ciel kemudian merilis album yang banyak ditunggu-tunggu, SMILE, pada tanggal 31 Maret.
L'Arc~en~Ciel juga melakukan konser yang diberi nama SMILE Tour pada musim panas di tahun tersebut. Di konser itu juga disertakan sisi lain dari L'Arc~en~Ciel, yaitu P'Unk~en~Ciel. Mereka melakukan change member di lagu Milky Way yang di aransemen ulang menjadi lagu punk. Posisi vokal diambil alih oleh Tetsu, Hyde pada gitar, Ken di drum dan Yukihiro bergeser menjadi bass. Di konser ini juga dibawakan lagu mereka Jiyuu e no Shotai (Invitaion to Freedom) yang menjadi single untuk album baru mereka.
Tanggal 31 July 2004 L’Arc~en~Ciel hadir sebagai bintang tamu di hadapan 12,000 orang penonton pada acara konvensi anime Otakon yag diadakan di Baltimore, Maryland. Ini merupakan penampilan pertama band ini di USA. Melihat respons yang luar biasa dari para fans, Tofu Records, label Sony Music Jepang di Amerika menandatangani kontrak dengan band ini di bulan Mei 2005 dan merilis sebuah DVD untuk debut live mereka di Amerika Utara.
Mengikuti dirilisnya beberapa single dan sebuah album baru, AWAKE di 2005, band ini kemudian mengadakan tur Jepang sebelum memulai tur ASIA LIVE 2005, yang membawa band ini ke Seoul di Korea dan Shanghai di Cina. Sebelu kembali ke Tokyo untuk dua pertunjukan utama.
Setelah menutup tur mereka, perhatian para anggota band ini kembali terfokus pada kegiatan kegiatan solo mereka. tetsu merekam beberapa single dan sebuah album dengan Creature Creature. Serta merilis sebuah single atas nama dirinya sendiri. Sementara yukihiro kembali pada acid android dan merilis sebuah single. Kemudian ia beserta acid android menyertai MUCC dalam dua petunjukan di Shanghai. hyde menggubah lagu Glamorous Sky untuk film yang diangkat dari manga NANA dan dinyanyikan oleh Mika Nakashima. Ia juga merilis dua single dan album lain berjudul FAITH, yang membawanya dalam tur panjang di Jepang serta mengadakan pertunjukan di California. Terakhir dalam masa vakum band ini, ken merilis sebuah single solo, Speed.
Pada tanggal 25 November dan 26th, 2006, L'Arc-en-Ciel menggelar dua konser di Tokyo Dome, untuk merayakan ulang tahun mereka ke 15. Berjudul L'Anniversary. Tiket tersebut terjual hanya dalam kurun waktu 2 menit , mengalahkan rekor penjualan tiket mereka sebelumnya.Sebuah jajak pendapat telah dibuat pada website resmi selama seminggu sebelum konser yang mengizinkan para fans untuk memilih lagu yang mereka ingin dengar di acara itu.Konser tersebut kemudian ditampilkan pada saluran WOWOW pada 23 Desember 2006. Dan juga disiarkan pada 8 Februari 2007 di MTV Korea.
L'Arc-en-Ciel kemudian merekam lagu "Shine" yang akan digunakan sebagai lagu pembuka untuk anime yang akan disiarkan di NHK, Guardian of the Spirit.Mereka Menggelar Mata Heart Ni Hi Wo Tsukero 2007 Tour di Jepang.L'Arc-en-Ciel merilis single Seventh Heaven pada 30 Mei 2007, yang menjadi posisi teratas di Oricon charts.Lagu My Heart draws a Dream, yang digunakan dalam iklan mobil Subaru, dirilis 29 Agustus, 2007, dan lagu tersebut langsung menempati tangga teratas pada Oricon charts.Lagu Daybreak's Bell yang dirilis pada 10 Oktober 2007,digunakan sebagai Soundtrack pembuka untuk anime Mobile Suit Gundam 00.dan kembali menduduki peringkat teratas dalam Oricon Charts.Sejak dari 14 November ke 25 Desember 2007, dirilislah Hurry Xmas, bersamaan dengan dua DVD baru yang keluar pada bulan September dan Desember, yang berjudul 15th L'Anniversary Live and Chronicle 3 respectively.Album terbaru mereka Kiss, dirilis pada 21 November 2007, menduduki tangga lagu pertama di posisi nomor satu di Oricon chart.
L'Arc~en~Ciel mengadakan tur yang bernama "Theater of Kiss Tour".yang diselenggarakan pada 22 Desember 2007 sampai 17 Februari 2008.lagu Drink it Down,digunakan sebagai lagu pembuka versi Jepang untuk game PS3/Xbox 360 Devil May Cry 4.telah dirilis sebagai single pada 2 April 2008, dan menduduki tempat teratas di Oricon weekly charts.
 data dari animonster n Wikipedia Indonesia

Danau Linting

Danau Linting terletak di atas puncak bukit. Kadar sulfur di danau cukup tinggi karena dulunya danau ini adalah sebuah kawah. luas danau kurang lbh 1 hektar. lokasi ini sangatlah sejuk untuk melepas lelah dan rutinitas sehari-hari. danau Linting terletak di Desa Sibunga-Bunga, kec Sinebah Tanjung Muda hulu dan masih dalam Kab Deli Serdang.

Selasa, 18 Januari 2011

Awal aku berduka (Kumpulan Puisi Roman)

Sejauh Mata Memandang
Oleh: Madina Qudsia Lubis

Jahitan kesakitan yang menusuk hati
Maukah engkau selamnya di hatiku
Walau hati ini tersakiti
Namun, aku masih mencintaimu
Sejauh mata memandang dirimu
Seakan kaulah kekasih sejatiku



Pagi Menyengat
Oleh: Madina Qudsia Lubis

Tertusuk panah dikulitku
Dipagi menyengat hari
Oleh matahari bagai laksana yang menyilaukan
Andai aku sepertimu
Mungkin aku tak seberuntung malam yang gelap
Bagaikan kegelapan yang tidak menyengat
Menyengat di pagi hari


Malu
Oleh: Madina Qudsia Lubis
Di kepalaku ada yang ingin kukenal
Namun malu ku meyapanya
Namun aku penasaran dengannya
Seakan tak percaya
Walaupun aku malu
Untuk selalu dekat dengannya
Namun, hati ini berdetak kencang
Tak mungkin aku seperti ini
Namun, aku malu untuk berkenalan dengannya
Aku hanya ingin mengenalnya dari kejauhan
Karena aku malu tuk meyapanya lebih dekat
Seakan aku putri malu

Hukum Adat Perkawinan dan Waris Adat Mandailing


PEMBAHASAN
  1. Perkawinan dan Waris
Menurut paham ilmu ethnologi dilihat dari keharusan dan larangan mencari calon isteri bagi setiap pria, maka perkawinan itu dapat berlaku dengan sistem “endogami” dan sistem “exogami” yang kebanyakan dianut oleh masyarakat adat bertali darah, dan atau dengan sistem “eleutherogami” sebagaimana berlaku dikebanyakan masyarakat adat terutama yang banyak dipengaruhi hukum Islam. Di lingkungan yang sebagian besar menganut agama Kristen, masih mempertahankan susunan kekerabatan yang sifatnya asymmetrisch connubiumi, maka sistem yang dianut adalah “exogami”, dimana seorang pria harus mencari calon isteri di luar marga (klen-patrililinial) dan dilarang kawin dengan wanita semarga. Sistem perkawinan ke luar marga ini sudah luntur di daerah Tapanuli Selatan, Minangkabau, Sumatera Selatan, Lampung, dan beberapa daerah lain seperti di Maluku, Buru dan Seram. Antara lain yang menjadi sebab adalah masuknya pengaruh ajaran hukum Islam (Hilman Hadikusuma. 1977: 67-68).
Perkawinan adalah suatu persoalan yang penting dalam kehidupan masyarakat karena jika di tinjau dari segi sosiologinya adalah salah satu faktor penting untuk menimbulkan adanya masyarakat. Baik bagi masyarakat primitif maupun masyarakat modern perkawinan ini termasuk persoalan penting. Hal ini Nampak dengan adanya peraturan-peraturan yang mengatur soal-soal yang sehubungan dengan perkawinan ini (Lemta Tarigan. 2010: 45).
Di tanah Batak peranan orang tua dalam mencarikan jodoh bagi anaknya atau menyetujui perkawinan anaknya maka ia harus berunding dengan saudara-saudara semarga (dongan tubu), saudara-saudara perempuan dari ayah yang telah bersuami (boru) dan lain-lain.
Dalam harta warisan yang dimaksud adalah harta atau barang-barang yang dibawa oleh suami dan isteri kedalam perkawinan yang berasal dari harta warisan orang tua untuk dikuasai dan dimiliki secara perseorangan guna memelihara kehidupan rumah tangga.
  1. Hukum Perkawinan dalam Adat Mandailing
Dalam masyarakat yang berdasarkan hukum kebapaan mempunyai sifat dan ciri yang khas yaitu adanya pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Karena dalam perkawinan menurut hukum kebapaan, dimana  si perempuan dilepasakan dari lingkungan keluarganya semula dan dimasukan kedalam lingkungan suaminya. Mengenai tujuan perkawinan di Mandailing seperti halnya di daerah lain di seluruh dunia adalah untuk mendapatkan suatu keturunan hingga seterusnya. Dalam pelaksanaan perkawinan tentu ada cara dan proses pelaksanaannya. Namun di Mandailing sampai sekarang perkawinan dipandang ideal ialah perkawinan menurut adat (perkawinan yang dilaksanakan menurut adat) dan norma-norma agama. Pertunangan semasa kecil ini pada umumnya terjadi diantara orang berfamili (antara pihak mora dengan pihak anak boru). Dan satu hal yang diketahui bahwa perkawinan secara paksa sudah tidak ada lagi dalam masa sekarang di Mandailing.
Adapun pemberian itu pada mulanya bukanlah merupakan bentuk uang akan tetapi berupa benda-benda yang dianggap bermakna. Akan tetapi pada waktu sekarang ini pemberian itu sudah berupa benda yaitu uang jujur seperti pada masyarakat adat Mandailing.
Jenis perkawinan dalam masyarakat Mandailing, antara lain:
Perkawinan Na Nihobaran Adat
Perkawinan berdasarkan adat berarti berlangsungnya secara perkawinan itu tidak bertentangan dengan norma-norma adat (perkawinan secara wajar. Adapun perkawinan yang wajar itu tentu berangkatnya pengantin wanita dari rumah orang tuanya menuju rumah pengantin laki-laki mendapatkan persetujuan dari orang tua kedua belah pihak.
Pada suatu hari yang ditentukan (hari yang baik) berangkatlah rombongan pihak laki-laki untuk menjemput pengantin perempuan di rumah orang tuanya. Ketika itu calon pengantin laki-laki harus ikut, karena sebelum berangkat dari rumah perempuan, mereka diberi makan dan setelah itu diberi nassihat, sekalipun mereka belum resmi sebagai suami isteri. Besok harinya rombongan laki-laki mangkobar (melaksanakan adat sebagai tenda bukti berangkatnya seorang gadis untuk tujuan berumah tangga) telah ikut serta. Rombongan mangkobar itu terdiri dari yang dituakan di kampung itu, anak boru dari pihak laki-laki dan juga cerdik pandai di kampung itu. Setelah selesai makan, calon pengantin perempuan diberikan sirih, seterusnya ibunya pun memberikan kata nasihat kepadanya. Ketika anaknya mau melangkah kaki dari rumah itu, ankanya memberikan sirih kepada ibunya, menandakan minta izin dan doa restu serta menyatakan terima kasih atas susah payahnya ibunda tercinta merawatnya sejak kecil hingga dewasa. Setelah itu, boru (calon pengantin perempuan) menyalami semua yang ada di rumah itu. Terutama sekali orang tuanya sendiri. Dia pun berdiri bersama orang yang menemaninya, biasanya dua orang anak gadis satu kaum ibu apakah bounya atau paribannya.
Ketika mau berangkat, mereka memberi uang sekedarnya kepada teman-teman yang mau ditinggalkan, uang itu disebut uang gelap, karena diberikan dihari gelap. Mereka membawa boru (calon pengantin perempuan) itu ke kampung halaman mereka malam itu juga. Tibalah mereka di kampung, begitu sampai di halaman rumah mertuanya yang perempuan langsung menuntunnya menuju rumah. Begitu mendekat tangga rumah, mertuanya menyuruhnya untuk melangkahkan kaki kanan. Pada saat diinjakkannya kakinya mereka serentak meneriakkan horas (menyatakan selamat) atas kedatangan boru ke rumah agar boru itu membawa rezeki dan keselamatan. Di dalam rumah sebelumnya dikembangkan tikar lambahan (tikar adat yang cantik) untuk tempat duduk mereka yang baru sampai, khususnya boru dan bayo nadi oli (calon pengantin perempuan dan laki-laki). Selanjutnya dihidangkan santan pamorgo-morgoi (kue yang terbuat dari tepung beras, biasanya dikepal dan airnya berupa santan kelapa yang diberi gula merah).
  Makanan ini diberi guna membuang hal-hal yang panas atau makhluk halus. Dengan kata lain, meminta doa kepada Tuhan agar dari kesehatan dan rezeki dan apa yang dihajatkan tidak mendapat rintangan hendaknya. Bagaimana manisnya santan itu begitulah hendaknya dengan keluarga itu (tidak ada keributan dan percekcokan). Itak sigurguron pun dikasih dengan harapan Tuhan memberikan kesejahteraan dan kemuliaan dalam rumah tangga. Selesai makan santan orang-orang sekampung pun berdatangan melihat tamu baru itu. Datang pula hatobangon (yang dituakan) di kampung itu guna mempertanyakan apa tujuan sebenarnya kekampung itu.
Boru (calon pengantin perempuan) harus menjawabnya dengan bantuan yang menemaninya. Tujuannya adalah mengikuti si Doli (calon pengantin laki-laki) denga maksud teman sependeritaan, teman hidup semati. Mendengar jawaban itu, mereka pun bergembira. Mereka bersama-sama mengucapkan horas, horas, horas.
Adapun cara-cara sebelum perkawinan dilaksanakan (Parlaungan Ritonga dan Ridwan Azhar. 2002: 53-64), yaitu:
a.       Mangkobar Boru, yaitu perundingan mengenai uang perkawinan dari pihak Mangkobar boru dengan orang kaya di kampung bersama tua moranya, hatobangon, harajaon dan anak boru yang diutus pihak laki-laki.
b.      Indahan tungkus pasae robu, yaitu setelah boru melangkahkan kaikinya kerumah namborunya, mufakatlah orang tuanya sehubungan dengan rencana mengantarkan indahan tungkus pase robu. Selama anak gadis mereka melangkah kaki mereka masih marrobu (tidak boleh saling mengunjungi). Antara mora dengan anak boru tidak boleh saling mengunjungi selama indahan toppu belum diantar pihak mora kepada borunya. Menurut kebiasaan kalau terjadi kunjungan-mengunjungi antara keduannya sebelum indahan toppu robu selesai, maka kata orang-orang tua akan muncul kesusahan.
c.       Paulak indahan toppu robu, yaitu sebagai balasan indahan toppo robu yang diantarkan pihak mora ke rumah pihak anak borunya. Orang yang berangkat kerumah mora (malungun) terdiri dari boru (pengantin perempuan), bayo (pengantin laki-laki), amang boru, namborunya, kahanggi, anak borunya dan beberapa orang gadis.
d.      Mebat lungun, yaitu setelah beberapa bulan gadis melangkahkan kakinya memasuki jenjang rumah tangga, maka tibalah waktunya mereka mengunjungi rumah orang tuanya (pihak mora) yang ada dalam adat Mandailing disebut mebat. Mebat lungun dilakukan sekaligus saat paulak indahan toppu robu, biasanya dilaksanakan pada hari yang sama. Selanjutnya barang-barang yang mau diberikan dikumpulkan di hadapan mereka. Kain dan pakaian pemberian kaum family dimasukan ke dalam sumpit atau hadangan situdu na marihot.

Dalam perkawinan adat Mandailing pun tidaklah diizinkan melakukan perkawinan sesama marga
  1. Hukum Waris dalam Adat Mandailing
Dalam hukum waris  adat Mandailing akan dijelaskan hukum waris adat meliputi aturan-aturan dan keputusan-keputusan hukum yang bertalian dengan proses penerusan atau pengoperan dan peralihan atau perpindahan harta kekayaan materill dan non-materill dari generasi kegenerasi.
Asas ahli waris utama dan pertama dari Batak Mandailing bahwasanya seperti masyarakat batak lainnya yang menganut paterineal hanya benar terhadap anak laki-laki (meskipun harta benda telah dibawakan kepada anak perempuan tidak boleh diabaikan).
Dalam pewarisan dalam suku adat Mandailing bahwa hukum waris yang dipakai mencangkup 3 (tiga) yang diutamakan dalam adat Mandailing, yaitu (Imam Sudiyat. 1978):
1.      Memakai hukum adat sebagai tombak pertama dalam menentukan waris.
2.      Memakai hukum Islam, sebab dalam suku Mandailing sudah memeluk agama Islam, maka mereka memakai hukum Islam dalam pewarisan.
3.      Memakai hukum konvensional/hukum nasional, sebab bila hukum adat dan hukum Islam tidak ingin dipakai maka mereka memakai hukum nasional.

Dalam suku Mandailing mengenai waris cepat-lambatnya orang memakai kata sepakat dalam pembagian harta itu tergantung dari faktor ekonomis dan religio-magis. Seperti:
·         Putra-putra Mandailing yang ayahnya mencapai sukses didalam hidupnya, ingin secepat mungkin memiliki pembagian di dalam harta pencarian almarhum; dengan pemilikan itu mereka akan turut menikmati sukses yang terkandung di dalam harta tersebut sebagai kekuatan gaib; sebaliknya, lading-ladang warisan kakek leluhur mereka misalnya akan mereka biarkan tetap tak terbagi seumur hidup.
Waris utama pada kekerabatan Paterilineal khususnya suku Mandailing maka dalam hal ini terasakah adanya ketegangan antara tuntutan hak dari kesatuan keluarga dengan tuntutan hak dari kerabat tersebut yang ingin mewarisi harta kepada keluarga.
Dalam pembagian warisan dalam suku mandailing yang memiliki waris di bagi atas 3 (tiga), yaitu (Imam Sudiyat. 1978):
1.      Anak laki-laki tertua
2.      Anak laki-laki termuda
3.      Anak laki-laki sulung dan bungsu

Hambatan dalam waris adat Mandailing adalah anak tidak mewarisi sari salah seorang di antara orang tertuanya yang instusional tetap tinggal dalam kerabatnya, sedangkan anak-anak tidak masuk di dalamnya. Dan suatu hambatan lain bagi anak di dalam terlaksana bersegi satu untuk mewarisi dari kedua orangtua, ialah bentuk perkawinan yang berakibat bahwa anak yang kawin dibebaskan dari panguyuban hidup kekerabatan. Contoh dimana anak perempuan dengan perkawinan keluar dari kerabat ayahnya, sehingga ia tidak dapat menuntut hak mawaris tanpa wasiat.
Dan dalam Adat Mandailing yang sudah mengalami perubahan dikarenakan dalam adat tersebut sudah berbaur dengan agama. Sehingga dalam adat Mandailing hukum yang menetapkan dalam waris adalah memakai hukum Islam. Walaupun lebih banyak laki-laki yang mendapat waris seperti halnya hukum adat, namun dari pihak perempuan pun mendapat bagian dalam waris yang telah ditentukan dalam hukum Islam. Itulah sebabnya hukum adat mulai banyak dilupakan yang menyebabkan pergantian dalam adat Mandailing. 


DAFTAR PUSTAKA
·        Ritonga, Parlaungan. Dkk. 2002. Sistem Pertuturan Masyarakat Tapanuli Selatan. Medan: PT. Yandira Agung.
·        Hadikusuma, Hilman. 1977. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Alumni.
·        Lubis, Arbain. 1993. Sejarah Marga-marga Asli Di Tanah Mandailing. Medan: USU.
·        Tarigan, Lemta. 2010. Hukum Adat. Medan: Universitas Negeri Medan.
·        Sudiyat, Imam. 1978. Hukum Adat Sketsa Asas. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.